LEMBATA, AKSARANEWS.NET – PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara, mengumumkan Hasil Identifikasi Kepemilikan Lahan dan Inventarisasi Tegakan di calon lokasi PLTP 10 MW di Atadei.
Sejatinya, Pengumuman hasil Identifikasi Kepemilikan lahan dan inventarisasi tegakan tersebut dilaksanakan untuk Desa Nubahaeraka dan Desa Atakore.
Namun, Pengumuman hasil Identifikasi Kepemilikan Lahan dan Inventarisasi Tegakan di Desa Atakore ditangguhkan PLN, menyusul adanya penolakan dari sekelompok warga.
Tri Satya Putra Pamungkas, Team Leader Perizinan dan Pertanahan, PT PLN Persero UPP Nusra mengatakan bahwa proses pengumuman hasil identifikasi kepemilikan lahan dan inventarisasi tegakan di desa Nubahaeraka berjalan lancar
“Agenda pengumuman hasil identifikasi kepemilikan lahan dan inventarisasi ini berjalan lancar yang dihadiri, Pak Frans, Staf Kecamatan Atadei, dipimpin oleh Kades Nubahaeraka Vinsensius Nuba,” Kata Tri
Jelas Tri Satya, pihak PLN menyampaikan hasil secara detail dan terbuka, termasuk peta bidang terdampak, kemudian di tempel juga di Papan Informasi desa Nubahaeraka.
“Kami menyampaikan secara detail dan terbuka dan tidak ada yang kami tutup – tutupi termasuk bidang terdampak,” Ucap Tri
Dikatakan, setelah dilakukan pengumuman, artinya sudah masuk masa sanggah selama 5 hari
“Jika hasil identifikasi dan inventarisasi sudah disepakati oleh seluruh pemilik lahan, pihak PLN akan mengajukan penilaian ke KJPP, dilanjutkan dengan pembayaran ganti untung ke pemilik lahan yang ditargetkan pada akhir bulan oktober ini,” Jelas Tri
Yohanes Dua Lajar, salah seorang warga Desa Nubahaeraka kepada Media Ini mengatakan, pihaknya mendukung pelaksanaan PLTP 10 MW di Atadei.
“Kami dukung, namun kami berharap proses ganti untung lahan milik warga terdampak harus berjalan normal,” Pinta Yohanes
“Kami sudah dengar sosialisasi dari PLN, Pemda Lembata dan para ahli yang didatangkan. Dari sosialisasi yang disampaikan, proses pengembangan PLTP ini baik adanya. Kami minta proses ganti untung lahan, bangunan serta tanaman di atas lahan kami disesuaikan dengan permintaan warga,” ujar Yohanes Dua Lajar.***