LEMBATA, AKSARANEWS.NET – Direktur Barakat Benediktus Bedil dalam sambutannya pada pembukaan Festival Tanah Mean, Jumat, 7 November 2025 mengatakan, Tana Merah menjadi tempat orang Waipukang dan Muruona berbagi kasih dengan para korban banjir bandang Ile Ape bersama para Penyintas dari Lamawolo dan Waimatan. Tidak saja berbagi kasih namun juga berbagi kisah hidup di saat mereka harus berjuang dengan derai air mata.
Festival Tanah Mean (Tanah Merah), yang digelar masyarakat Desa Waimatan dan Lamawolo yang menghuni permukiman korban Badai Seroja di Tanah Merah, jadi ungkapan syukur tidak saja atas suksesnya pelaksanaan program DREAMS yang digagas Barakat dan Yayasan IDEP Selaras Alam Bali. Namun juga sebagai momentum syukur warga Lamawolo dan Waimatan yang mendiami Tanah Merah.
“Syukur dan terima kasih atas kesediaan orang Waipukang dan Muruona yang telah dengan ikhlas menjadikan Tanah Merah tempat penghidupan dan kehidupan warga Waimatan dan Lamawolo sampai saat ini,” Ucap Ben
Lanjutnya, keberadaan warga Lamawolo dan Waimatan di Tanah Merah sebagai upaya menghidupkan hidup dan kehidupan dalam keterbatasan di tengah pemulihan di lokasi hunian sementara Tanah Merah.
Bahkan, sampai saat ini, secara administratif, kedua desa ini belum dibangun sehingga sangat rawan dalam memanfaatkan dana desa untuk pembangunan infrastruktur.
“Ini catatan penting yang direfleksikan di Tanah Merah agar ke depan status desa Lamawolo dan Waimatan boleh diperhatikan,” tegas Benediktus Bedil.
Ia mengatakan, Barakat bersama IDEP membangun membantu mereka yang memiliki keterbatasan agar keluar dari kesulitan hidup di masa pemulihan. Hasilnya seperti yang dilihat dalam kunjungan dari stand ke stand.

Menurutnya, apa yang mereka punya memang masih sedikit tapi ingin mempertahankan keberhasilan yang mereka punyai seperti sayur, kebun, dan aneka produk lokal, dan tenun, serta adanya pengetahuan ketika bencana terjadi.
Ia berharap, dari festival ini ada komitmen dari pemerintah untuk menetapkan desa ini sebagai desa administratif penuh agar bisa mengelola dana desa demi kesejahteraan masyarakat.
Ia mengakui bahwa masyarakat dalam keterbatasan pangan dan lainnya masih bisa tangguh dalam menghadapi hari-hari kehidupan meski mereka masih harus pergi pulang ke kampung lama. Kendati demikian, masyarakat masih tetap setia membangun Tanah Mereka, tempat hunian sementara saat ini.
“Barakat sangat mengharapkan agar apa yg sudah dimulai dijalankan terus, apalagi sudah ada sejumlah stan yang telah dibuat permanen ini. Agar bisa dimanfaatkan menata ekonomi masyarakat di tempat ini,” tandas Benediktus Bedil.



















