LEMBATA, AKSARANEWS.NET – Penjabat Bupati Lembata, Paskalis Ola Tapo Bali melalui Plh. Sekda, Quintus Irenius Suciadi, hadir dan meresmikan Kelompok Perempuan Mandiri (KPM) Soga Naran Ina, di Waikomo, Kelurahan Lewoleba Barat, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata. Kamis (04/07/2024).
Paulina Pegan seorang wanita yang menjadi inisiator berdirinya KPM Soga Naran Ina membuat suasana tenda menjadi haru dan penuh tangis dari para tamu undangan maupun para anggota KPM saat menceritakan tapak tilas berdirinya KPM ini.
Di bawah tenda suka cita ini kegiatan pengresmian KPM Soga Naran Ina dihadiri oleh Bapak pejabat bupati dalam hal ini diwakili oleh Bapak plh. Sekretaris Daerah Kabupaten Lembata dan juga dipadukan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) yang ke IV KPM Soga Naran Ina.
“Bapak ibu hadirin yang saya hormati Izinkanlah saya menceritakan tentang perjalanan panjang kelompok perempuan Soga Naran Ina Kecamatan Nubatukan ini,” Pinta Paulina
Kelompok ini dibentuk pada tanggal 4 Juli tahun 2020 dengan anggota awal pada saat itu berjumlah 20 orang, mereka berjalan dalam suatu tujuan yang sangat sederhana yaitu arisan artinya mereka datang mengumpulkan uang lalu meminjamkan, membantu kepada sesama anggota yang membutuhkan untuk melanjutkan segala kegiatan mereka dalam hal mencari nafkah untuk keluarganya.
“Mereka bergabung sejak tahun 2020 dan Sampai dengan saat ini mereka berjumlah 400 orang, walau dalam perjalanan ada 7 orang anggota yang meninggal tetapi ada anggota yang juga tetap melengkapi sehingga angka 400 tetap menjadi 400,” Ucap Paulina
Lanjut Paulina menceritakan, mereka terdiri dan terkumpul dari kelompok ibu-ibu yang dikatakan janda, ada janda mati ada juga janda hidup, janda mati adalah suami mereka yang telah meninggal sementara janda hidup adalah mereka yang ditinggal pergi oleh suami pergi merantau bertahun-tahun dan tidak pernah memberi nafkah bahkan dalam perjalanan ada berita bahwa mereka menikah lagi di rantauan.
“Para wanita ini terdiri dari kelompok ibu-ibu yang juga mempunyai anak tetapi tidak ada tanggung jawab secara gereja maupun adat, mereka juga adalah kelompok-kelompok ibu-ibu yang memilih tidak menikah karena mungkin kesulitan hidup,” Jelas Paulina
Paulina juga meminta kepada Kepala Desa maupun Kelurahan untuk tidak mempersulit jika ibu-ibu meminta tanda tangan untuk mempermudah segala urusannya.
“400 anggota itu mereka dibagi menjadi 28 kelompok wilayah yang tersebar di seluruh Kecamatan Nubatukan, jadi mulai dari desa-desa dan juga setiap Kelurahan mereka ada kelompok-kelompok, maka suatu saat ketika ada kebutuhan yang membutuhkan tanda tangan dari bapak/ibu mohon dilancarkan urusan mereka karena mereka adalah kelompok-kelompok orang kecil,” Pinta Paulina
Mereka merupakan wanita-wanita hebat yang paling pandai memikul salib di pundak mereka, mereka begitu pandai memikul beban hidup walaupun mereka menangis tetapi mereka tetap tersenyum karena hanya mereka yang bisa menghidupi diri mereka sendiri dan anak-anak mereka, begitu panjang perjalanan mereka.
“Di sini ada kelompok tenun ikat, kelompok penjual sayur, kelompok jagung titi. Artinya mereka mencari nafkah hanya dengan menjual jagung, ada yang menjual ikan dan banyak-banyak kelompok pertanian perkebunan semuanya di sini Mereka dibagi menjadi 28 kelompok dengan masing-masing koordinator,” Lanjutnya
“Pada hari ini mereka begitu merindukan moment ini karena mulai dari tahun 2020 kami berjalan tanpa ada satu dokumen yang disahkan oleh pemerintah kami berjuang bersama ibu-ibu semua untuk Bagaimana kami dapat memperoleh keabsahan dari pemerintah,” Ujar Paulina dengan haru
Maka puji tuhan pada hari ini kami dapat meminta bantuan dan siapa sangka mereka yang tergabung dalam kelompok perempuan Soga Naran Ina ini mereka sangat bahagia Walaupun dalam perjalanan keseharian mereka menempuh perjalanan hidup yang sangat sulit luar biasa tetapi inilah wanita-wanita hebat yang paling pandai menyimpan dan menyembunyikan di dalam hati, mereka sangat pintar dan luar biasa sekali.
Sebagian dari mereka ada yang bekerja sebagai Kelompok ojek yang sebenarnya pekerjaan ini dilakukan oleh seorang laki-laki tetapi mereka tersenyum. Mereka juga mengumpulkan batu pasir, walau cuma bermodalkan nasi dingin sayur marungge, ikan kering tetapi mereka bahagia ketika ada yang butuh mereka punya batu pasir mereka pulang dengan sambil mengipas-ngipas uang tanda bahagia.
Paulina menegaskan bahwa mereka berkumpul dan tidak dibuat-buat tidak ada unsur dan maksud tertentu, semata-mata dengan tujuan yang yang sangat tinggi atau yang sangat membuat mereka begitu merasa dihargai.