AKSARANEWS.NET, LEMBATA – Launching Sebuah karya yang mengisahkan perjalanan AKBP Dr. Josephine Vivick Tjangkung, S. Sos.,M.I.Kom., yang dikemas dalam sebuah buku yang berjudul Kepak Sayap di Tanah Leluhur.
Buku yang ditulis oleh Eman Krova putra asal Lamalera dan juga salah seorang Jurnalis Ricko Wawo ini di Launching pada saat kegiatan Car Free Day (CFD) di depan halaman Mapolres Lembata, Sabtu (11/05/2024).
Vivick mengatakan buku dipersembahkan untuk masyarakat Lembata karena dari sana sejarah ini datang
“Sejarah telah berkisah dari sana leluhurku berasal Sejarah sedang menulis di sana kutemukan jawaban kekuatanku Sejarah akan mengenang “Kepak Sayapku” jadi inspirasi generasi muda dan yang akan datang,” ucap Vivick
Vivick Tjangkung mengucapkan syukur dan memberikan apresiasi kepada masyarakat Lemvata karena selama bertugas di sini , ia mendapatkan perlakuan dan sambutan yang sangat baik.
“Saya lahir dari keturunan Lamalera, opa saya pernah membangun sebuah sekolah dan sampai saat ini masih berdiri, ” ujar Kapolres Vivick.
Dikatakannya Ia belum pernah menginjak Lamalera dan ia pernah bermimpi untuk dapat tugas di tempat yang jauh dan terwujud dalam sebuah tugas negara berada di Kabupaten Lembata tanah leluhur saya.
“Buku ini bisa menjadi kenangan selama saya di sini dalam buku ini tercatat banyak hal untuk masyarakat Lembata,” ucap Polres Wanita Pertama di NTT ini
Diacara tersebut orang pertama lingkup Polres Lembata memberikan buku kepada Ketua DPRD, Dandim 1624 Flotim- Lembata, Perwira Penghubung Kodim 1624,Kasat Intel, Perwakilan Kejaksaan, Ketua Persit Kodim 1624 Flotim-Lembata, PJU Polres Lembata dan Insan Pers.
Eman Krova, salah seorang penulis Kepak Sayap di Tanah Leluhur mengatakan bahwa isi buku ini sangat ringan namun berat maknanya.
“Buku ini adalah sebuah kisah perjalanan tugas seorang AKBP Vivick Tjangkung di Kabupaten Lembata yang kami tulis dengan konsep sangat ringan bahkan anak SD juga mampu memahami insinya,” ucap Eman
Seorang guru di SMA 2 Lembata, Albertus Muda Atun memberikan catatan penting dalam buku ini, ia mengatakan bahwa buku menjadi pembangkit defisit Literasi di daerah ini, namun bukan hanya di Lembata melainkan NTT dan juga Indonesia secara utuh.
“Ini merupakan perkumpulan fakta yang bersejarah, rekaman perjalanan perjumpaan, ” tandas Albert Muda.
“Sebuah inspirasi besar, buku ini tidak hanya memberikan pengetahun namun lebih dari memberi nilai-nilai kehidupan.” Tuntas Albertus