LEMBATA, AKSARANEWS.NET – Wilayah pesisir seperti Lembata lebih rentan terhadap dampak krisis iklim, yang memperparah ketimpangan dan mengancam keberlangsungan hidup masyarakat setempat.
Dalam upaya memperkuat ketangguhan masyarakat pesisir terhadap dampak krisis iklim, Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) bersama IUCN (International Union for Conservation of nature) yang di dukung Global EbA fund menyelenggarakan lokakarya hasil pengambilan data awal (baseline) Proyek PANTAI di Ballroom Olympic Hotel, Kabupaten Lembata. Rabu, (30/7/25).
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lembata, Hadi Umar, dalam kegiatan Lokakarya Diseminasi Baseline dan Dukungan Keberlanjutan Konservasi Pesisir mengatakan wilayah pesisir menjadi basis yang kokoh bagi berbagai aktivitas masyarakat Lembata.
“Oleh karena itu, sumber daya wilayah pesisir harus dimanfaatkan sebagai barang ekonomi dengan cara yang tepat. Sehingga bagian dari sumber daya dapat diambil tanpa membahayakan kapasitas sumber daya untuk mereproduksi dan memperbaharui”, ungkapnya.
Namun demikian, menurut Hadi, wilayah pesisir dan sumber dayanya harus tersedia dan dikelolah secara berkelanjutan. Sehingga wilayah pesisir dapat mendukung pembangunan ekonomi Kabupaten Lembata pada masa mendatang.
Lebih jauh Hadi menjelaskan dengan pemanfaatan sumber daya yang bertanggung jawab dan berkelanjutan dapat dicapai melalui pelestarian, perlindungan dan peningkatan nilai kualitas keanekaragaman hayati.
Dijelaskan ancaman abrasi perubahan iklim dan ancaman lain termasuk kerusakan hutan bakau di pesisir pantai dan lamun yang rusak karena pola penangkapan ikan yang salah menjadi persoalan bersama yang harus diselesaikan secara bersama.
Erlina Dangu, PIA Manager, Plan Indonesia mengatakan Proyek PANTAI (Pengelolaan Adaptif untuk Tata Kelola Integratif) merupakan inisiatif konservasi ekosistem pesisir berbasis kearifan lokal yang memadukan pendekatan ekologis, sosial dan budaya.
“Muro adalah identitas ekologis dan budaya masyarakat Lembata. Melalui proyek PANTAI, kami ingin merevitalisasi praktik konservasi tradisional Muro, yakni sistem pengelolaan laut warisan leluhur masyarakat Lembata, yang secara turun-temurun digunakan untuk menjaga keanekaragaman hayati dan kelestarian sumber daya laut,” Ucap Erlina
Lanjutnya, tentunya kami juga ingin mendorong agar kaum muda memiliki peran penting dalam memimpin perubahan ini.
Erlina mengungkapkan bahwa Lokakarya ini akan memaparkan hasil temuan, capaian proyek dan potensi perluasan kegiatan konservasi di wilayah pesisir lainnya.
“Forum ini akan menjadi langkah awal pembentukan Forum Komunikasi Konservasi Pesisir Kabupaten Lembata sebagai wadah kolaborasi lintas sektor untuk mewujudkan ekosistem pesisir yang lebih berkelanjutan,” Kata Erlina
Melalui proyek ini, Plan Indonesia, Program Implementation Area (PIA) Lembata bersama Yayasan Bina Sejahtera Baru serta masyarakat dan pemangku kepentingan telah berupaya mengintegrasikan tradisi Muro ke dalam strategi adaptasi perubahan iklim.
“Kegiatan baseline yang dilakukan antara Maret–Juni 2025 dengan melibatkan 270 responden dari lima desa di Kecamatan Ile Ape, menunjukkan adanya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap risiko tsunami, abrasi, dan cuaca ekstrem, serta perlunya penguatan kapasitas lokal untuk menghadapinya,” Jelas Erlina
Selain itu, melalui lokakarya ini, hasil pengambilan data awal Proyek PANTAI bisa diketahui oleh semua pemangku kepentingan baik di level desa, Kecamatan dan Kabupaten.
Harapan dari kegiatan ini adalah dapat menjadi momentum strategis yang mendorong sinergi antar masyarakat, tokoh adat, kaum muda, akademisi dan pemerintah.
“Plan Indonesia berharap kegiatan ini dapat menjadi momentum strategis yang mendorong sinergi antara masyarakat, tokoh adat, kaum muda, akademisi dan pemerintah untuk bersama-sama menjaga kelestarian laut demi kehidupan yang lebih tangguh dan berkelanjutan,” jelas Erlina.



















