LEWOLEBA, AKSARANEWS.NET – Kabupaten Lembata menghadapi ancaman serius akibat perubahan iklim dan degradasi ekosistem laut yang diperburuk oleh praktik penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan.
Sebagai respons terhadap tantangan ini, Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia), bekerjasama dengan International Union for Conservation of Nature (IUCN) dan didukung oleh Global EbA Fund, melaksanakan Peluncuran & Loka karya Proyek PANTAI (Pengelolaan Adaptasi untuk Tata Kelola Integratif).
Program ini bertujuan untuk meningkatkan tata kelola Konservasi Pesisir Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Lembata, dengan melibatkan kaum muda, kaum perempuan, kaum disabilitas dan komunitas lokal.
Sebagai langkah awal, Plan Indonesia bersama Yayasan Bina Sejahtera Baru Lembata (YBS Baru) mengadakan Start-Up Workshop pada hari Rabu, 04 Desember 2024 di Aula Hotel Palm Lewoleba.
Kegiatan ini mempertemukan berbagai pemangku kepentingan untuk membahas rencana kerja sekaligus strategi implementasi program ini.
Hadir dalam kegiatan ini Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lembata, Perwakilan UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Lembata, Perwakilan dari Dinas Perikanan Kabupaten Lembata, Pemerintah Desa, Tokoh Masyarakat Adat, Perwakilan Kaum Muda, Perwakilan Perempuan dari 5 Desa dampingan Proyek Pantai.
Erlina Dangu, Programme Implementation Area Manager Plan Indonesia, menjelaskan bahwa Lembata memiliki beragam bentuk konservasi berbasis kearifan lokal.
Tradisi ini merupakan warisan budaya yang memiliki peran penting dalam melestarikan terumbu karang, mangrove dan perikanan berkelanjutan.
“Badu dan Muru adalah beberapa praktik yang tidak hanya mendukung konservasi lingkungan bagi komunitas pesisir. Melalui program ini, kami ingin membangun kembali kesadaran kaum muda akan pentingnya Badu atau Muru dengan melibatkan mereka secara aktif untuk memantau, mengelola dan melestarikan ekosistem laut serta pesisir,” ungkap Erlina.
Kornelia Penaten, Direktur Yayasan Bina Sejahtera Baru Lembata mengatakan Lembata memiliki ragam bentuk konservasi laut dan kawasan pesisir yang memiliki beragam nama berdasarkan topografi dan gaya bahasa masing-masing komunitas adat. Sebagian masyarakat menyebutnya badu, Sebagian lagi mengenal dengan sebutan Muru dan juga Muro. Selain kedua istilah itu masih ada beberapa nama yang lazim disebut yang akan kita gali bersama melalui program ini.
Pendekatan Proyek PANTAI diharapkan dapat meningkatkan ketahanan masyarakat pesisir terhadap bencana terkait perubahan iklim seperti tsunami, abrasi dan cuaca ekstrem, sekaligus mengurangi tekanan pada ekosistem laut akibat penangkapan ikan berlebihan dan polusi. Selain itu, program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemangku kepentingan tentang pentingnya pelestarian sumber daya alam dan keanekaragaman hayati.
“Program ini juga mendorong integrasi aspek lingkungan, sosial dan ekonomi dalam perencanaan masa depan Pulau Lembata, sehingga generasi muda dapat mempelajari dan menjadi agen perubahan sekaligus pendukung pembangunan berkelanjutan. Selain itu kami juga mendorong keterwakilan dari berbagai pihak dalam tata Kelola konservasi berbasis kearifan lokal masyarakat Lembata, dimana ada keterwakilan dari kaum muda, kaum perempuan dan penyandang disabilitas dalam pelaksanaannya.” tambah Erlina.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lembata, Yohanes Gregorius Solang Demo yang ditemui seusai kegiatan menyampaikan apresiasi dan dukungannya terhadap program ini.
Andris juga menyarankan untuk membangun komunikasi yang intens antara pelaksana program, pemerintah dan masyarakat sebelum sosialisasi dan implementasi yang melibatkan banyak pihak.
“BPBD mendukung penuh Proyek PANTAI dari Plan Indonesia sebagai upaya pengurangan risiko bencana yang memperkuat kapasitas manusia, lingkungan, ekonomi, infrastruktur dan sosial budaya. Kami mengapresiasi fokus Plan pada anak, perempuan dan penghargaan terhadap budaya lokal, seperti tradisi Muru atau Badu yang memiliki pemangku adatnya.’’ Kata Yohanes.
“Proyek ini adalah salah satu solusi terkait tata kelola pemanfaatan sumber daya alam dengan tetap merawat kelestarian lingkungan terutama terkait pemanfaatan terumbu karang, lamun, mangrove dan tumbuhan pesisir. Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan terutama komunikasi dan perizinan harus sesuai dengan Kawasan dan tingkatannya agar sesuai dengan ketentuan adat dan administrasi,“ Kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lembata, Christian Rimba Raya.
Praktik ini akan dipromosikan untuk direplikasi di desa-desa pesisir lainnya sebagai langkah nyata dalam menghadapi perubahan iklim dan menjaga keberlanjutan lingkungan.
Dalam jangka panjang, model konservasi ini diharapkan menjadi model perlindungan ekosistem laut yang tidak hanya menjaga kelestarian alam, tetapi juga meningkatkan ketahanan pangan masyarakat pesisir.