LEMBATA, AKSARANEWS.NET – Mon Odel atau Simeon Lake, Ketua DPC PKB Lembata adalah salah seorang bakal calon Bupati Lembata pada Pilkada Lembata 2024-2029. Putra sulung dari Leonardus Leu Odel dan Maria Nurak Orolaleng ini dikenal sebagai politisi yang konsisten pada jalan perjuangan. Ia dibesarkan dalam keluarga yang sederhana. Kedua orangtuanya menopang pendidikan Mon Odel di Seminari San Dominggo Hokeng hanya dengan menjual Jeruk Kedang. Maka bisa dikatakan Jeruk Kedang telah membesarkan Mon Odel.
Tamat dari Seminari Hokeng, Putra Kedang yang bernama Lake (diambil dari nama moyangnya Lako Bori) ini sejenak mengenyam pendidikan di biara Redemtoris Sumba. Namun banyak yang dipanggil, sedikit yang dipilih, Mon Odel memutuskan untuk melanjutkan pendidikan tingginya pada Universitas Cendana Kupang dengan mengambil ilmu pendidikan.
Selama sebagai mahasiswa, Mon Odel aktif sebagai aktivis dan bergabung dalam organisasi Mahasiswa Uyelewun atau Mawu Kupang. Dengan bekal ilmu pendidikan di Undana Kupang, Mon Odel bekerja beberapa tahun melayani anak bangsa di Solor sebagai seorang guru.
Membela Masyarakat Adat
Orang Lembata pasti masih ingat ancaman proyek raksasa PT. Merukh bekerja sama dengan Pemerintah Lembata pada tahun 2007/2008 yang hendak mengeksploitasi tanah Lembata khususnya Leragere dan Kedang sebagai lokasi tambang. Gelombang perlawanan dari masyarakat adat Kedang dan Leragere mulai pasang naik. Mon Odel yang sudah nyaman dengan tugasnya jadi guru di Solor merasa tak tenang. Nuraninya meronta-ronta mendengar jeritan masyarakat adat di Lembata. Ia harus kembali membela tanah nenek moyangnya dan memperjuangkan masa depan anak-anak Lembata.
Dengan pertimbangan yang progresif, Mon Odel memutuskan meninggalkan tanah Solor dan harus pulang ke tanah Leluhurnya Lamale’ang Lembata-Uyolewun. Ia bergabung bersama para aktivis lainnya juga termasuk para pemimpin agama untuk menyuarakan suara kaum minor. Mon Odel melancarkan kritiknya selain melalui media massa, juga melalui orator demonstrasi bersama para aktivis pembela masyarakat adat lainnya. Demonstrasi yang berlangsung lebih dari satu kali dan gerakan masyarakat adat yang progresif akhirnya membuahkan hasil maksimal. Tanah Lembata akhirnya tidak diperkosa oleh proyek pertambangan. Dengan semangat budaya, masyarakat adat mempertahankan tanah leluhurnya.
Pada pemilihan legislatif tahun 2009, Mon Odel dalam kemiskinan finansial tetapi kaya dengan idealisme, memutuskan untuk maju dalam dunia politik menjadi calon DPRD dari Dapil 3 Omesuri-Buyasuri. PKB menjadi partai yang Mon Odel gunakan untuk meraih kursi di Peten Ina. Dari bekal perjuangan yang progresif, Mon Odel dipercayakan oleh konstituen di Kedang untuk menduduki salah satu kursi di Peten Ina. Selama di Peten Ina, Mon Odel adalah wakil rakyat yang kritis dan konsisten membela yang benar. Ia tak segan-segan mengkritisi pemerintah jika kebijakan yang dilahirkan masih kontroversial. Itulah Mon Odel, sang politisi yang konsisten untuk Lembata.
Bukan hanya di dalam gedung rakyat, di luar pun Mon Odel tetap kritis sebab dirinya punya bekal menjadi aktivis yang mumpuni. Ia juga menyuarakan harapan-harapan orang kecil, salah satunya, misalnya kematian almarhum Laurensius Wadu yang kontroversial. Mon Odel tampil bersama keluarga korban untuk menyuarakan harapan mereka kepada para penegak hukum; tak segan-segan pula, Mon Odel tampil memegang toa atau pengeras suara.
Pada periode kedua, Mon Odel maju lagi. Namun, dewi fortuna tidak memberikan kesempatan kepadanya. Walaupun dengan mendapatkan suara pribadi di atas 600 orang tetapi akumulai partai tak mendukung. Mon Odel memutuskan untuk tetap ada bersama masyarakat Lembata sebagai warga biasa. Selain politisi, ia juga dipercayakan dalam urusan-urusan gereja. Ia mewujudkan ungkapan latin Pro Ecclesia et Patria. Mon Odel dikenal konsisten dalam perjuangan politiknya walaupun perjuangannya selalu dihadang onak dan duri.
Pada Pileg terakhir taun 2024, Mon Odel meraih suara 5000 lebih sebagai calon legislatif provinsi NTT. Ia belum berhasil. Namun, sebagai pejuang, ia tak mengenal kata menyerah. Dengan keputusan bulat dan didukung tim internal partai dan warga Lembata lainnya, ia memutuskan untuk bertarung lagi pada Pilkada 2024 ini.
Tanpa kekuatan finansial, Mon Odel tetap konsisten bahwa membela kebenaran pasti ada jalannya.
Ia akhirnya mendapat SK dari DPP PKB untuk maju bersama Broin Tolok, kader PDIP yang juga adalah aktivis konsisten, sederhana dan juga seorang jurnalis, pewarta kebenaran. Duet Mon Odel dan Broin Tolok mendapat dukungan masyarakat akar rumput. Sudah saatnya, Mon Odel dan Broin Tolok membuktikan bahwa masyarakat kecil bisa meraih kekuasaan untuk kesejahteraan bersama. Finansial bukanlah syarat utama maju pada Pilkada ini melainkan konsistensi, karakter, keberanian membela yang benar.
Ia tidak mengkhianati partainya atau sebaliknya bukan mengandalkan uang untuk “membeli” partai. Sebab ia yakin sebagai kader yang bekerja selama 16 tahun di PKB, pasti ada jalan untuknya. Ia adalah kader pejuang bukan penikmat yang hanya mau meraih kekuasaan. Mon Odel melewati proses panjang dengan segala suka dukanya. Ia bukan politisi instan yang meraih partai politik dalam satu menit karena ada kekuatan-kekuatan tertentu.
Pilih Mon Odel dan Broin Tolok agar Lembata dibangun dalam semangat kebersamaan sebagai orang Lembata yang sederhana dan hidup dalam kebudayaan asli Lembata. Buktikan bahwa orang kecil bisa membangun kampung moyang (Lembata) ini dengan kekuatan budaya dan kebersamaan.