AKSARANEWS.NET, LEMBATA – Guna untuk pemanfaatan lahan tidur seluas 50 hektar sebagai pengembangan hasil pertanian Kepala Desa Banitobo, Kecamatan Lebatukan Kabupaten Lembata lakukan terobosan dengan membuat bendungan air semi permanen. Pembuatan bendungan tersebut berlokasi di Wae Bel’ang (Air Besar)
Tujuan dari pembuatan bendungan semi permanen ini adalah untuk memanfaatkan potensi air sungai yang mengalir sepanjang tahun dan terbuang cuma-cuma ke laut teluk Waiteba. Sedangkan sumber air yang begitu besar dapat dimanfaatkan sebagai pasokan air masyarakat di musim kemarau.
Kades Banitobo, Ignatius Koda, menjelaskan bahwa pembanguan bendungan semi permanen yang dilakukan Pemdes pada bulan Februari itu, menggunakan 20% anggaran dana desa yang diperuntukkan pada ketahanan Pangan.
“Saat ini anggaran yang digunakan dalam mengelola lahan pertanian yang ada Pemerintah menggunakan Peruntukan 20% Ketahanan Pangan dari Dana Desa”, jelas Toda kepada media melalui pesan whatsapp, Selasa, (16/4/24).
Menurut Koda, hal tersebut dilakukan mengingat Desa Banitobo akan menjadi penangkar benih bibit jagung hibrida di tahun 2024 ini.
Oleh karena itu lanjutnya, dengan dibangunnya bendungan air semi permanen mampu mendorong masyarakat untuk memaksimalkan pengelolaan lahan pertanian yang ada, dalam mendukung program yang sedang digencar Pemdes tersebut.
“lahan yang telah digunakan masyarakat saat ini sebagai lahan pertanian seluas 5 hektar. Sedang luas lahan yang belum dikelola dan berpotensi dijadikan lahan irigasi pengembangan pertanian diperkirakan seluas mencapai 50 hektar sepanjang aliran sungai Wae Bel’ang Desa Banitobo,” ucap Koda
Lebih lanjut Koda menjelaskan, Saat ini lahan yang sedang dikelola baik oleh desa maupun masyarakat seluas 5 hektar untuk Komoditi Jagung, Padi, Palawija dan aneka sayuran.
“Untuk lahan Kebun Jagung Hibrida milik desa seluas 3,5 Ha, dan kini sedang dalam proses panen dengan perhitungan ubinan yang diambil maka diperkirakan hasilnya kurang lebih 5.200 kg/Ha. Sehingga hasil Perdana dalam Pengelolaan lahan kebun Jagung Desa di Tanam Pertama sebanyak 18.200 kg” tutur Koda.
Menurut Koda, dengan adanya terobosan dan upaya dari Pemdes dalam memanfaatkan lahan tidur dan air tersebut, antusias masyarakat desa pun semakin tinggi dalam memanfaatkan lahan-lahan tidur milik mereka.
Untuk itu, Koda mengharapkan kedepannya agar dibangun bendungan air permanen yang dapat membantu masyarakat tani di desa Banitobo. Pasalnya, bendungan yang dibangun oleh Pemdes hanya sebatas mengatasi permasalahan kekeringan yang terjadi, dan sewaktu-waktu bendungan ini bisa saja kembali rusak jika diterpa banjir.
“Saya dan masyarakat sangat mengharapkan bantuan dan perhatian Pemerintah Kabupaten, Provinsi dan Pusat melalui Pembangunan Infrastruktur yaitu; Pembangunan Bendungan Permanen, Irigasi untuk Sungai Wae Bel’ang dan percetakan sawah, Peningkatan Jalan dari desa ke lokasi Pertanian, Bantuan Alsintan Pendukung Produksi Pendampingan dan Penyuluhan dari Dinas-dinas terkait bagi Masyarakat Petani Desa Banitobo”, harapnya.
Tambahnya, dengan adanya Percetakan Sawah di Letu Boro dan pemanfaatan Lahan Pertanian di Wae Bel’ang, maka semua Kelompok Tani dapat kembali diaktifkan dan bekerjasama dengan Pemerintah Desa. Karena bagi dirinya yang terpenting sebagai seorang kepala desa adalah, “Melihat Masyarakatnya Sejahtera”, tutup Koda.
Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat desa Banitono, Maksi Lengari, yang juga dihubungi media mengatakan, dirinya sangat mendukung dengan adanya bendungan air semi permanen yang dibangun oleh Pemdes Banitono.
“Saya sangat mendukung, makanya sebagian lahan milik saya yang digunakan Pemdes untuk pembangunan bendungan semi permanen lokasi Air Besar”, ungkap Maksi.
Baginya, ini merupakan sebuah langkah sigap pemdes dalam menyikapi permasalahan kekeringan yang dialami masyarakat desa yang memiliki lahan pertanian di lokasi Wae Bel’ang.
“Dulu kami menggunakan jerigen dan mesin penyedot air, namun biaya operasional yang cukup besar mengharuskan kami menggunakan jerigen sebagai alternatif untuk mengambil air di sungai. Tetapi sekarang pemdes sudah bikin bendungan semi permanen, dan aliran air yang langsung masuk ke kebun kami ini kami bersyukur dan senang sekali”, tutur Maksi.
Selain itu tambah Maksi, infrastruktur jalan juga menjadi hambatan bagi masyarakat desa yang hendak melakukan aktivitas pertanian di lokasi tersebut. Dengan akses jalan menuju lokasi yang rusak berat itu, terkadang masyarakat harus berjalan kaki dengan menempuh jarak yang cukup jauh semata-mata guna mencukupi kebutuhan hidup mereka.