AKSARANEWS.NET | ADONARA – Kehebohan Pekan Suci Paskah tak hanya terjadi di Larantuka Kabupaten Flores Timur – Nusa Tenggara Timur. Di Adonara, sebuah Pulau yang masih masuk wilayah Kabupaten Flores Timur peringatan paskah juga berlangsung meriah dan sakral.
Di Adonara, biasanya para peziarah mengunjungi patung Yesus di Kapela Senhor yang berada di Kampung Wureh Waewadang – Adonara Barat.
Kapela yang juga terkenal dengan sebutan Kapel Tuan Berdiri tersebut terdapat Patung Yesus setinggi tiga meter. Bagi yang baru pertama datang, biasanya muncul perasaan takut. Sebab patung tersebut menggambarkan Yesus yang mukanya ada tetesan darah. Konon patung tersebut berumur sama dengan patung Tuan Ma di Larantuka sekitar 500 tahun.
Pada Kamis Putih, sehari sebelum Jumat Agung, penyeberangan ke Wureh dari pelabuhan Larantuka lebih ramai. Ada yang turun di Pelabuhan Tobilota, ada pula yang di Pelabuhan Tanah Merah. Tujuan para peziarah adalah untuk mencium kaki Yesus yang berada di Kapel Senhor.
Jika di Larantuka, terdapat cerita penemuan Tuan Ma, maka di Wureh juga terdapat legenda yang menyedot perhatian. ”Yakni ayam di samping Tuan Berdiri (patung Yesus) itu punya cerita,” ujar Donatus penjaga Kapel Senhor.
Donatus menuturkan, cerita itu bermula dari seekor ayam milik seorang penjual dari Pulau Solor. Wureh memang dulunya terdapat pasar yang cukup besar. Setiap pagi pasar tersebut ramai.
”Kala itu si penjual ayam itu bertemu orang dengan perawakan tinggi besar dan berewokan,” ucapnya
“Orang tersebut hendak membeli ayam jantan milik penjual dari Solor itu. Namun karena si penjual ingin segera mengikuti doa pagi, maka mereka menunda pembayaran dan janjian untuk ketemu pasca Doa pagi. ”Waktu itu kapelnya berada di dekat laut. Dekat pasar juga ada dan bentuknya masih dari bambu beratap rumbia,” ujar Donatus.
Sepulang dari doa pagi, ternyata orang yang hendak membeli ayam menghilang. Dia tak kunjung datang. Bahkan ayam milik penjual itu juga sudah tidak ada. Penjual dari Solor itu lantas mencari si calon pembeli.
Dia bertanya kepada setiap orang dan menyebutkan ciri-ciri si pembeli kepada yang ditemuinya. Namun penduduk Wureh tidak merasa pernah melihat orang dengan ciri khas tersebut. Singkat cerita, si penjual dan beberapa warga bergegas menuju ke kapel yang terdapat patung Yesus. Di sana mereka menemukan ayam yang sudah menjadi patung berada di sisi kanan patung Yesus.
Cerita itu pun menjadi sebuah legenda terkenal di Wureh.
Setiap Jumat Agung, di Wureh juga terdapat tradisi arak-arakan. Ada tujuh pemberhentian yang dilalui. Ada juga confreria. Yang membedakan adalah yang diarak peti berisi Yesus yang tengah dibaringkan dan pakaian nocodemus. Nocodemus merupakan orang yang memanggul patung. Jumlahnya ada empat orang.
Bedanya, jika di Larantukan Nocodemusnya harus rahasia dan mengenakan baju warna putih dan topi merah serta penutup wajah yang hanya menyiakan lubang pada mata, maka di Wureh tidak rahasia. Siapapun bisa tahu siapa itu yang menjadi nocodemus. Warna baju mereka kuning dan mukanya ditutupi jenggot tebal.
Tradisi Semana Santa memang membawa magnit tersendiri. Iman dan kekhusukan umat seolah bertambah ketika mengikuti prosesi tersebut. Patung-patung yang dibawa pun seolah membawa kesan magis.
Konon setiap orang akan berbeda melihat ekspresi Tuan Ma maupun patung Yesus yang berdiri yang ada di Wureh. (Rivain Sola da Lopez/AL)