AKSARANEWS.NET, LARANTUKA – Kekayaan kebudayaan Flores Timur yang masih terus dilestarikan hingga saat ini mulai mendapat atensi besar dari Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (KMA) Kemendikbud, Riset dan Teknologi.
Hal tersebut dapat dilihat dari kehadiran Direktorat KMA dalam berbagai program dan kegiatan yang cukup masif dilakukan sejauh ini di Flores Timur (Flotim) sebagai upaya konkrit merawat dan menjaga khasanah budaya warisan leluhur.
Terhitung pada tahun 2023, Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat telah dua kali melakukan kunjungan ke kabupaten yang terletak di ujung timur pulau Flores itu.
Pada pertengahan Juni 2023 lalu, Direktur KMA, Sjamsul Hadi, SH, MM, menghadiri secara langsung festival benih leluhur di Desa Pajinian, Kecamatan Adonara Barat, yang digelar oleh Yayasan Pendidikan Sosial dan Ekonomi Larantuka.
Kegiatan yang didukung penuh oleh Direktorat KMA itu bertujuan untuk memperkenalkan, sekaligus mengajak generasi muda agar terus membudidayakan dan mengembangkan benih pangan lokal yang terbukti bertahan memberikan hasil hingga saat ini.
Kegiatan lain yang diikuti secara langsung adalah pelaksanaan ritus “hode nuke” yang diselanggarakan oleh masyarakat adat Lamatou di Desa Painapang, Kecamatan Lewolema, awal Agustus lalu.
Sebagai bentuk dukungan terhadap komunitas masyarakat adat Lamatou, Direktorat KMA memberikan bantuan untuk pengembangan organisasi penghayat kepercayaan Rera Wulan Tanah Ekan di Lamatou, yang telah teregistrasi pada Direktorat Jendral Kebudayaan Kemendikbud Ristek RI.
Direktorat KMA juga mengundang perwakilan komunitas adat Painapang dalam acara uji publik rancangan Peraturan Presiden tentang Percepatan Pemenuhan Hak Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat.
Selain menghadiri dua kegiatan tersebut, Direktorat KMA juga menggelar Sekolah Lapang Kearifan Lokal (SLKL) di Desa Lewograran, Kecamatan Solor Selatan.
Kegiatan ini menghimpun orang muda yang tersebar di berbagai komunitas adat yang tergabung dalam komunitas Pandu Budaya untuk menemukenali objek pemajuan kebudayaan di Flores Timur.
Selanjutnya, bersama komunitas Pandu Budaya, Direktorat KMA kemudian memfasilitasi penyelenggaraan Festival “Genang Era” yang berlangsung di Leworok, Desa Leraboleng, Kecamatan Titehena pada pertengahan November lalu.
Berbagai atraksi objek pemajuan kebudayaan dari permainan tradisional, karnaval pangan, bincang budaya, nyanyian, lomba cerita rakyat, tour budaya, pameran pangan lokal dan teknologi tradisional, hingga atraksi panen madu dilaksanakan dengan penuh semarak.
Sebelumnya, pada tahun 2021, Dorektorat KMA menggelar dialog budaya melalui permainan tradisional dalam rangka trauma healing bagi anak-anak korban bencana banjir bandang di pulau Adonara.
Pada tahun 2022, Direktur KMA Sjamsul Hadi turut serta mengikuti pelaksanaan ritus “ahik koke” di Desa Bantala, Kecamatan Lewolema. Di sela-sela kegiatan itu, ia juga mengadakan dialog budaya di Larantuka.
Di tahun yang sama, Direktorat KMA juga mensupport penyelenggaraan workshop kuliner berbahan pangan lokal di Desa Bantala, Kecamatan Lewolema.
Selain itu, bersama Direktur Jendral Kebudayaan, Hilmar Farid, P.HD, melakukan kunjungan dan berdialog dengan masyarakat adat Lewokluok, Mudakeputu, Helanlangowuyo, dan lembaga Simpa Sio Institute Larantuka.
Terakhir di bulan November, Direktorat KMA turut mendukung pembuatan film dokumenter terkait kekayaan nyanyian etnik Lamaholot Flores Timur.
Dikabarkan, pada bulan Desember ini Direktur KMA, Sjamsul Hadi akan kembali melakukan kunjungan di Kabupaten Flores Timur untuk menemui Sekda dan OPD terkait.
Atas perhatian yang besar itu, budayawan muda, Silvester Petara Hurit menyampaikan apresiasi, sembari mengharapkan dukungan semua pihak dalam memajukan kebudayaan di Kabupaten Flores Timur.
“Pak Sjamsul yang bukan orang Flores saja begitu peduli, apalagi kita orang Flores Timur. Urus budaya itu sama dengan urus Lewotana kita sendiri,” kata dia.
Silvester menjelaskan, pembangunan kebudayaan adalah pembangunan itu sendiri, karena berkaitan dengan manusia dan segala keutamaannya, serta berhubungan dengan perkembangan pengetahuan, kerohanian, dan cita rasa artistik (estetik) masyarakat.
“Semua kita, baik pemerintah, legislatif, insan pendidikan, komunitas kreatif, orang muda, seniman, budayawan bergotong-royong dalam kerja-kerja pemajuan kebudayaan,” ujarnya.
Menurut Silvester, hal itu dapat diwujudkan melalui komitmen anggaran, dukungan regulasi, perencanaan SDM, pembentukan kelembagaan kebudayaan, penciptaan sistem, program strategis, serta kerja-kerja konkrit.
“Ini mesti diseriusi jika kita ingin generasi masa depan kita memiliki integritas, kekayaan batin, kreatif dan produktif,” pungkanya. (MDW)