AKSARANEWS.NET | MAHAL – Petani di Kabupaten Lembata kembali melakukan panen jagung perdana dari program TJPS.
Para Petani sudah semestinya bernapas lega karena Program Kerja Sama Pola Kemitraan Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS-PK) antara Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Lembata dengan Bank NTT dan Kelompok Tani di Lembata mulai menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Seperti halnya di desa Mahal, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata. Ada sekelompok petani jagung melakukan panen jagung perdana bersama Penjabat Bupati Lembata,Marsianus Jawa. Kamis, (06/04/2023).
Penjabat Bupat ditemani oleh ibu Penjabat Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Lembata Yoram Enggelina Koy, Kadis Pertanian Kabupaten Lembata Kanisius Tuaq dan juga Kepala Bank NTT Cabang Lewoleba, Petrus Soba Lewar serta para Kepala OPD disambut oleh Camat Omesuri dan Kepala Desa Mahal di Tebuq Laleng lokasi panen perdana jagung.
Marsianus terlihat bahagia saat panen jagung bersama para petani, karena biaya, keringat dan tenaga yang selama ini dikeluarkan para petani, hari ini terbayar tuntas dengan hasil panen yang memuaskan.
Semakin banyak kelompok tani jagung di Lembata ikut program TJPS akan semakin baik. Karena dari kita menanam jagung jenis hibrida, manfaat dan keuntungannya langsung dirasakan.
“Panen di tempat, hasil juga diambil di tempat oleh offtaker dari PT Suaka Bumi Pertiwi, tapi kalau ada yang mau ambil dengan harga yang lebih baik lagi, silahkan. Itu malah lebih baik lagi,” Ucap Marsianus
Dari data yang dihimpun di tahun 2023 baru tiga dari 144 desa di Kabupaten Lembata yang telah melaksanakan panen jagung perdana dari program TJPS. Ketiga desa tersebut, yakni Desa Belobatang (Uruor) di Kecamatan Nubatukan, Desa Pasir Putih (Mingar) di Kecamatan Nagawutung dan Desa Mahal (Kedang) di Kecamatan Omesuri.
Penjabat Marsianus selalu mengajak masyarakat Lembata khususnya petani-petani yang ada di desa untuk ikut program TJPS.
“Program TJPS ini bisa menjadi modal masyarakat menghadapi krisis pangan di masa mendatang. Karena itu, walaupun libur sebagai kewajiban pemerintah kalau diminta untuk kepentingan masyarakat, wajib hukumnya untuk hadir,” tegas Marsianus.
Lanjut Marsianus, kalau panen jagung di lahan yang luasnya satu hektar, maka uang yang bisa dihasilkan kurang lebih sekitar Rp 29 juta. Apabila dikurangi dengan pengembalian KUR di Bank NTT sebesar Rp. 10 juta dan pengeluaran lainnya sekitar Rp. 6 juta, maka keuntungan bersih yang bisa diperoleh para petani jagung adalah sekitar Rp. 13 juta. Ini sebuah permulaan yang sangat baik.
Jadi bisa dibayangkan apabila seorang petani memiliki lahan sekitar 10 hektar, maka ia sudah bisa menghasilkan uang sebanyak Rp 130 juta sekali panen. Angka ini bisa bertambah sesuai kondisi peningkatan harga jual di pasar.
Bupati juga pastikan bahwa jagung yang dipanen hari ini semuanya akan diambil oleh offtaker dari PT Suaka Bumi Pertiwi setelah kadar air dalam jagung dikurangi sampai batas maksimal yang diisyaratkan sebesar 14 persen. Dia juga minta agar kelompok dan lahan di desa ini diperbanyak untuk tahun berikutnya.
Bupati ingin agar kehidupan petani di Lembata semakin sejahtera. Jadi program TJPS-PK ini mestinya harus diikuti oleh semua petani di Lembata.
“Program ini sangat baik untuk bapa mama. Bapa mama kan tidak parkir lagi di pasar untuk duduk taro jagung, dua hari tiga hari, tidak. Kita minta panen disini, jemur sedikit offtaker langsung ambil,” jelas putra asli Nagekeo ini.
Jadi kata Bupati lagi, sebaiknya bapa mama beralih dari kebiasaan menjual di pasar dengan menjual di tempat melalui program TJPS.
“Jadi hari ini panen berapa ton, langsung diambil oleh offtaker mana dan uangnya langsung diterima ditempat berapa, itu semua diinformasikan sehingga dipercaya,” jelas Bupati Jawa.
Untuk diketahui, Saat ini harga jagung yang diambil pasca panen oleh PT. Suaka Bumi Pertiwi sekitar Rp. 4.500 per kilogram.(Leyn)